Hakikat Cinta Kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam

CINTA kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan suatu ibadah yang sangat mulia, bahkan tidaklah sah keislaman seseorang tanpa mencintai Beliau. Oleh karenanya merupakan sebuah kebanggaan bagi setiap Muslim tatkala dirinya dikatakan sebagai pencinta Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan setiap Muslim pasti akan mengaku mencintai Beliau.

Namun bagaimana bukti cinta kita kepada Beliau? Berikut penulis sebutkan beberapa bukti dan konsekuensi cinta kepada Nabi berdasarkan Al Quran dan As- Sunnah dengan pemahaman As Salaf, agar kita dapat menilai setiap pengakuan cinta kepada Beliau itu benar adanya ataukah sekedar pepesan kosong. 

1. Meyakini bahwa Sunnah (hadits) Beliau sebagai sumber Agama Islam, sebagaimana halnya Al Quranul Karim.

Dalilnya;

بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ ۗ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

”Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”[QS. 16:44]

Allah berfirman:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ، إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

“Tidaklah ia berucap dengan hawa nafsu, Tidaklah yang dia ucapkan melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya) ” [QS. 53:3]

Dari hadits:

يُوشِكُ الرَّجُلُ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يُحَدَّثُ بِحَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِي فَيَقُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَلَالٍ اسْتَحْلَلْنَاهُ وَمَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَرَامٍ حَرَّمْنَاهُ أَلَّا وَإِنَّ مَا حَرَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ

“Akan datang seseorang bersandaran di tempat duduknya, diceritakan kepadanya sebuah hadits dariku, namun ia berkata; 'Antara kami dan kalian adalah kitabullah 'azza wajalla. Apa yang kami temukan yang halal darinya maka kami menghalalkannya dan apa yang kami temukan yang haram darinya, maka kami mengharamkannya. Ketahuilah, sesungguhnya apa yang diharamkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah seperti yang diharamkan Allah."

[HR. Ibnu Maajah No:12, dari Shahabat Miqdad bin Ma’dikarib, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani]

2. Taat dan mengikuti Beliau, dengan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Beliau.

Dalilnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu” [QS. 47:33]

وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا واتقوا الله إن الله شديد العقاب

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.

3. Lebih mengutamakan Sabda Beliau diatas ucapan seluruh manusia.

Dalilnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. 49:1]

Allah berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin dan mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. [QS. 33:36]

Berkata Imam Syafi’i-Rahimahullah-:

أجمع الناس على أن من استبانت له سنة عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لم يكن له أن يدعها لقول أحد من الناس

Telah sepakat seluruh kaum Muslimin bahwa wajib atas seseorang yang telah jelas baginya sunnah (hadits) dari Nabi agar tidak meninggalkannya dikarenakan ucapan seseorang dari manusia [Ar-Risalah, karya Imam Syafii]

3. Lebih mencintai Beliau daripada diri-sendiri, harta, keluarga, serta seluruh manusia.

Dalil dari Al Quran:

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ 

"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik". [QS. 9:24]

Dari As-Sunnah:

Sabda Beliau:

"لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ"

”Tidaklah salah satu diantara kalian beriman, sampai aku lebih ia cintai daripada orangtua, dan anaknya serta seluruh manusia” [HR. Imam Bukhari No:15 dan Muslim No:44]

Dari Shahabat Abdullah Bin Hisyam-radhiyallahu 'anhu- menyatakan:

Dahulu kami sedang berjalan bersama Nabi dan Beliau memegang tangan Umar bin Khatthab, Umar berkata:

Wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku.

Maka Beliaupun bersabda:

”Tidak, Demi Allah yang jiwaku berada di tangannya, sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”

Umar pun langsung berkata:

Kalau demikian, maka sungguh engkau sekarang lebih aku cintai daripada diriku sendiri.

maka Nabi pun bersabda:

”Sakarang baru sempurna Wahai Umar” [HR. Bukhari No:6257]


4. Mempelajari dan menyebarkan Agama yang telah Beliau bawa, dengan segala cara dan kemampuan kita. 

Dari Shahabat Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Nabi bersabda:

إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الْهُدَى، وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِّبَةٌ، قَبِلَتِ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ، وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا مِنْهَا وَسَقَوْا وَرَعَوْا، وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً، وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللهِ، وَنَفَعَهُ بِمَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ»

Perumpamaan agama yang aku diutus Allah 'azza wajalla dengannya, yaitu berupa petunjuk dan ilmu ialah bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Diantaranya ada yang jatuh ke tanah subur yang dapat menyerap air, maka tumbuhlah padang rumput yang subur. Diantaranya pula ada yang jatuh ke tanah keras sehingga air tergenang karenanya. Lalu air itu dimanfaatkan orang banyak untuk minum, menyiram kebun dan beternak. Dan ada pula yang jatuh ke tanah tandus, tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Seperti itulah perumpamaan orang yang mempelajari agama Allah dan mengambil manfaat dari padanya, belajar dan mengajarkan, dan perumpamaan orang yang tidak mau tahu dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku di utus dengannya. [HR. Bukhari No:77 dan Muslim No:4232]

Dan Beliau juga bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Dan barangsiapa yang menempuh sebuah perjalanan dalam rangka menuntut Ilmu (agama), niscaya Allah akan mudahkan baginya karenanya jalan menuju Syurga” [HR. Imam Muslim No:2699]

5. Tidak membuat perkara-perkara  baru di dalam agama beliau, dengan alasan apapun.

Dari Shahabat ‘Irbadh Bin Saariah-radhiyallahu ‘anhu-bahwa Nabi Bersabda:

وَسَتَرَوْنَ مِنْ بَعْدِي اخْتِلَافًا شَدِيدًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَالْأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Dan sepeninggalku nanti, kalian akan melihat perselisihan yang sangat dahsyat, maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. 

Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham, dan jauhilah oleh kalian  perkara-perkara baru yang dibuat-buat (dalam urusan agama), karena setiap perkara baru yang diada-adakan dalam urusan agama adalah bid’ah, dan sesungguhnya semua bid'ah itu adalah sesat." [HR. Imam Ahmad No:16522, Abu Daud dan Ibnu Maajah]

6. Memperbanyak Shalawat kepada Beliau. Terkhusus tatkala nama Beliau disebutkan, pada waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh agama.

Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. [QS. 33:56]

 Dari Shahabat Abdullah Bin ‘Amr Bin ‘Ash-radhiyallahu ‘anhu-bahwa Nabi bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ

“Apabila kalian mendengar mu'adzdzin maka ucapkanlah seperti yang di ucapkan mu'adzin, kemudian bershalawatlah untukku, karena seseorang yang bershalawat untukku dengan satu shalawat, niscaya Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali. Mohonlah kepada Allah wasilah untukku, karena wasilah adalah kedudukan yang tinggi di surga, tidaklah layak tempat tersebut kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap aku hamba tersebut. Dan barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka syafa'at halal untuknya”. [HR. Imam Muslim, No:384]

Dan Beliau juga bersabda:

البخيل من ذكرت عنده فلم يصل علي

Orang yang bakhil adalah orang yang apabila aku disebutkan di hadapannya maka ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. [HR. Imam Tirmizi No:3546, dishahihkan Syaikh Al Albani]

Beliau juga bersabda:

حيثما كنتم فصلوا عليَّ فإن صلاتكم تبلغني

“Dimanapun kalian berada, maka bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya shalawat kalian tetap akan sampai kepadaku” [HR. Abu Daud, No: 2042]

Beliau juga bersabda:

أكثروا الصلاة عليَّ يوم الجمعة وليلة الجمعة، فمن صلى عليَّ صلاة صلى الله عليه عشراً)

“Perbanyaklah oleh kalian shalawat kepadaku padi hari Jumat dan malam Jumat, karena barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali” [HR.  Imam Baihaqi dalam as-Sunan No:5994]

7. Memuliakan hadits-hadits Beliau dengan tidak meletakkannya di tempat yang tidak pantas dan diam mendengarkan hadits yang sedang dibacakan. Karena, hadits Beliau merupakan Syiar Allah yang mulia.

Allah telah berfirman:

 وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Dan barangsiapa yang mengagungkan Syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketaqwaan hati”

[QS. 22:32]

8. Mencintai Ahlul bait Beliau, jika mereka mengikuti jalan Beliau.

Banyak hadits shahih yang memerintahkan kita untuk menjaga dan memuliakan ahlul bait Beliau.

Namun tentunya jika mereka adalah orang-orang bertaqwa kepada Allah, meniti jejak beliau, bukan penyeru kepada kesyirikan dan kebid'ahan.

Allah Berfriman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kalian adalah yang paling bertaqwa"

[QS. 45:13]

Ahlul bait Nabi adalah anak keturuan Ali, anak keturunan Ja'far, anak keturunan 'Aqil dan anak keturunan 'Abbas. Istri-Istri beliau juga bagian dari Ahlul bait.

9. Bersikap tegas terhadap orang yang menolak dan merendahkan Sunnah Beliau.


Dari Shahabat Abdullah bin Mughaffal bahwa beliau melihat seorang lelaki melempar batu-batu kecil, maka beliaupun menegurnya dan menyatakan bahwa Nabi melarang yang demikian dan bersabda:


‎“إنه لا يصاد به صيد ولا ينكأ به عدو ولكنها قد تكسر السن وتفقأ  العين“


“Sesungguhnya batu-batu kecil itu tidak akan menangkap buruan dan tidak juga tidak mematikan musuh, dia hanya mematahkan gigi dan menghilangkan mata“


Kemudian orang tersebut kembali mengulangi perbuatannya tersebut,

maka Abdullah bin Mughaffal marah dan berkata:

“Aku sampaikan kepadamu, Nabi melarang perbuatan tersebut, tetapi kamu malah mengulanginya kembali! Demi Allah aku tidak akan lagi mengajakmu bicara selama-lamanya"


[HR. Imam Bukhari dan Muslim]


Berkata Imam Nawawi-rahimahullah-:


أَبَدًا) فِيهِ هِجْرَانُ أَهْلِ الْبِدَعِ وَالْفُسُوقِ وَمُنَابِذِي السُّنَّةِ مَعَ الْعِلْمِ وَأَنَّهُ يَجُوزُ هِجْرَانُهُ دَائِمًا وَالنَّهْيُ عَنِ الْهِجْرَانِ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ إِنَّمَا هُوَ فِيمَنْ هَجَرَ لِحَظِّ نَفْسِهِ وَمَعَايِشِ الدُّنْيَا وَأَمَّا أَهْلُ الْبِدَعِ وَنَحْوُهُمْ فَهِجْرَانُهُمْ دَائِمًا وَهَذَا الْحَدِيثُ مِمَّا يُؤَيِّدُهُ مَعَ نَظَائِرَ لَهُ كَحَدِيثِ كعب بن مالك وغيره


"Hadits ini menjelaskan bolehnya memboikot Ahlul bid'ah, fasiq dan penentang As-Sunnah sedang dia mengetahuinya selama-lamanya.


Adapun hadits larangan memboikot seorang Muslim lebih dari tiga hari, maka maksudnya adalah apabila karena urusan pribadi dan dunia.

adapun Ahlul bid'ah maka pemboikotan terhadap mereka dilakukan terus-menerus (sampai bertaubat).


Dan hadits tersebut salah satu dalil yang menguatkan prinsip ini dan juga hadits-hadits lain, seperti hadits Ka'b Bin Malik.


[lihat: Syarh Shahih Muslim no:1954]


10. Menghidupkan Sunnah-sunnah Beliau. 


Rasulullah bersabda:


 « من أحيا سنتي فقد أحبني، ومن أحبني كان معي في الجنة»


“Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka sungguh dia telah mencintaiku dan barangsiapa yang mencintaiku, niscaya dia akan bersamaku di dalam Syurga“


[HR. Tirmidzi No:2602]


11. Tidak melampaui batas dalam memuliakan Beliau. Dengan tidak mengangkat Beliau melebihi dari kedudukan yang Allah berikan kepada Beliau sebagai seorang Hamba.


Beliau bersabda:


لا تطردونى كما أطرت النصارى عيسى ابن مريم،  فإنما أنا عبد فقولوا الله ورسوله


“Janganlah kalian mengagungkanku seperti pengagungan umat Nashrani kepada 'Isa bin Maryam, karena Aku hanyalah sebagai Hamba Allah dan Rasul-Nya”

[HR. Imam Bukhari No: 3445]


Beliau sebagai Hamba Allah; maka tidak boleh diberikan kepada Beliau sesuatu yang itu khusus untuk Allah. 


Dan Beliau sebagai Rasul-Nya; maka wajib ditaati perintah dan meninggalkan larangan serta membenarkan beritanya.



11. Merindukan perjumpaan dengan Beliau.


Beliau bersabda:


من أشد أمتي لي حباً ناس يكونون بعدي يود أحدهم لو رآني بأهله وماله»


”Merupakan sebuah kecintaan yang sangat kuat dari umatku kepadaku adalah mereka yang datang setelahku salah satu diantara mereka berangan-angan mengorbankan keluarga dan hartanya demi melihatku”

[HR. Imam Muslim No:5060]

0 Response to "Hakikat Cinta Kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel