Karakteristik dan Hakikat Matematika
Karakteristik Matematika
Matematika
sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang pesat baik
meteri maupun kegunaannya. Russel (dalam Hamzah dan Kuadrat, 2009:108)
mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang pengkajiannya
dimulai dari bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal.
Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif) secara bertahap manuju arak
yang rumit (kompleks) dari bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan riil
ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral,
dan menuju matematika yang lebih tinggi.
Istilah
Mathematics (Inggris), Mathematik (Jerman), Mathematique (Perancis),
Matematico (Italia), Matematiceski (Rusia), atau Mathematick/Wiskunde
(Belanda), mulanya diambil dari bahasa Yunani, Mathematike yang berarti relating
atau learning. Perkataan ini mempunyai akar kata Mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata Mathematike berhubungan
erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu Mathanein yang mengandung
arti belajar/berpikir (Suherman, dkk., dalam wahyuni, 2012:9).
Dalam hal
belajar mengajar matematika, maka kita perlu mengetahui karakteristik matematika.
Hudoyo (dalam Dewiratih, 2010:11) berpendapat bahwa matematika berkenaan
dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur dan berhubungan dengan konsep
abstrak. Abstrak dapat diartikan sebgai suatu yang tak berwujud atau hanya gambaran pikiran. Oleh sebab itu, maka didalam menjelaskan
materi pelajaran matematika perlu menggunakan benda-benda yang bersifat
konkret.
Karena matematika memiliki objek kajian yang abstrak maka penguasaan konsep
dasar harus benar-benar diketahui. Hal ini disebabkan karena materi matematika
disusun secara hierarkis. Menurut pendapat Uno (2008:125) bahwa: Matematika
bersifat hierarkis yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari
materi berikutnya. Untuk mempelajari materi hendaknya berprinsip pada:
(1) Materi matematika disusun menurut urutan tertentu
atau tiap topik matematika berdasarkan subtopik tertentu;
(2) Seseorang dapat memahami suatu topik matematika
jika ia telah memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya;
(3) Perbedaan kemampuan antar siswa dalam
mempelajari atau memahami suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan
masalahnya ditentukan oleh perbedaan penguasaan subtopik prasyarat;
(4) penguasaan topik baru oleh seseorang siswa
tergantung pada penguasaan topik sebelumnya.
Pendapat Uno di atas, menekankan bahwa materi matematika merupakan satu
kesatuan. Sehingga untuk mempelajari materi berikutnya maka kita harus memahami
terlebih dahulu materi sebelumnya. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik matematika yang dimaksud adalah memiliki objek kajiannya
besifat abstrak, materi disusun secara hierarkis, dengan cara penalaran yang
bersifat deduktif.
Sehingga yang perlu diperhatikan ketika mengajarkan matematika kepada siswa
khususnya di tingkat menengah pertama adalah kemampuan berpikir dan bernalar siswa.
Kemampuan berpikir dan bernalar siswa akan lebih cepat jika siswa belajar melalui
temannya dalam kelompok-kelompok kecil serta pemahaman konsep
yang baik, agar
nantinya dapat mengerjakan soal-soal yang diminta dengan baik sesuai dengan
model pembelajaran yang digunakan.
Hakikat Matematika
Menurut pendapat Muslim (2011:3) bahwa matematika dikenal sebagai ilmu
deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda
dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian
kebenaran yang digunakan adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara
induktif. Pola pikir deduktif merupakan pola pemikiran yang berpangkal dari hal
yang bersifat umum kemudian diterapkan atau diarahkan menuju hal yang bersifat
khusus.
Selain penalaran deduktif-induktif matematika juga memiliki penalaran deduktif-aksiomatik
(Edward M.Anthony dalam Supriyatno, 2009: 1-2). Pola pikir deduktif-aksiomatik
didasarkan pada prinsip deduktif yang dimulai dari sesuatu yang umum menuju ke
hal-hal khusus dan aksiomatik yang menekankan pada sistem hierarkhis, urutan
konsep matematika, yaitu dimulai dari pengetahuan pangkal, konsep, aksioma
(pernyataan yang diterima tanpa dibuktikan), dan teorema-teorema, lemma atau
corrolary (pernyataan yang harus dibuktikan).
Matematika yang bersifat deduktif aksiomatik dan berangkat dari hal-hal
yang abstrak, cenderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa sehingga mengakibatkan
daya tarik siswa terhadap pelajaran matematika cukup rendah. Oleh karena itu,
penyajian materi perlu mendapat perhatian guru, dan hendaknya dalam
pembelajaran di sekolah guru memilih dan menggunakan strategi pendekatan,
metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik
mental, fisik, maupun sosial.
Menurut Slameto (dalam Suyanti, 2011:13) bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamalan individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar matematika
merupakan suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari
latihan atau pengalaman karena dalam belajar matematika penalarannya deduktif
yang berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep, simbol-simbol yang abstrak dan
tersusun secara hirarkis serta bersifat aksiomatis, sehingga matematika
merupakan kegiatan mental yang tinggi.
Mempelajari materi matematika tidak cukup hanya dipelajari dengan membaca saja.
Suatu fenomena, dalil, aksioma ataupun definisi untuk dapat memahaminya memerlukan
waktu dan ketekunan serta bimbingan.
0 Response to "Karakteristik dan Hakikat Matematika"
Post a Comment